Lansia
merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi
secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses
menua merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan
merupakan suatu penyakit. Menurut BKKBN 1998, penduduk lansia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara
terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara
ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber daya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50 tahun
yang secara fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi
maupun sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.
Penuaan
juga dapat didefenisikan sebagai suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan tidak dapat
memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Penuaan merupakan proses ilmiah yang
terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan yang ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan anatomik, fisiologik dan biomekanis dalam sel tubuh,
sehingga mempengaruhi fungsi sel, jaringan dan organ tubuh.
Berdasarkan
kelompok usia, lanjut usia menurut DEPKES RI dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kelompok
usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok yang berada dalam
keluarga dan masyarakat luas.
2. Kelompok
usia dalam masa prasenium (55-64 tahun), merupakan kelompok yang berada dalam
keluarga, organisasi usia lanjut dan masyarakat pada umumnya.
3. Kelompok
usia masa senecrus ( >65 tahun), merupakan kelompok yang umumnya hidup
sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat.
Menurut
WHO Lansia dapat dibagi atas Middle
aged antara 45-59 tahun, Elderly antara
60-74 tahun, Aged 75 tahun atau lebih. Sementara itu, menurut Pathy (1985)
Lansia dapat dikelompokkan atas Young elderly antara 65-75 tahun dan Old
elderly 75 tahun keatas.
Pada
usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya
ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa,
kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai
tujuan dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari yang disebut pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan
kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang
berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial
lainnya.
Proses
menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan
berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. erikut
beberapa perubahan-perubahan yang dialami oleh para manula:
1. Perubahan Fisiologik
Perubahan
ini meliputi kehilangan massa tubuh yang tidak berlemak secara bertahap dan
bertambahnya jaringan lemak.
2.
Perubahan
Saluran Cerna
o
Menurunnya kualitas gigi, munculnya
penyakit periodontal, dan menurunnya kualitas tulang rahang yang menyebabkan
masalah dalam mengunyah
o
Penurunan produksi air liur, biasanya
sebagai efek samping obat dan dapat menyebabkan kesulitan menelan
o
Penurunan sekresi enzim pencernaan di
lambung membuat makanan lebih sulit dicerna, misalnya sekresi laktase yang
buruk mempersulit pencernaan produk susu
o
Lapisan lambung lansia menipis. Di atas
usia 60 tahun, sekresi HCI dan pepsin berkurang. Dampaknya, penyerang vitamin
B12 dan zat besi menurun.
o
o
Penurunan penyerapan zat gizi seiring
menurunnya suplai darah ke usus dan degenerasi mukosa gaster
o
Pelambatan motilitas usus sehingga dapat
menimbulkan konstipasi
3.
Perubahan
Metabolik
Karena
jaringan adiposa yaitu jaringan tubuh yang menyimpan lemak dalam
bentuk trigliserida,
menggantikan massa tubuh yang tidak berlemak, kecepatan metabolik melambat.
Dapat timbul masalah metabolisme glukosa pada manula yang bermanifestasi
sebagai intoleransi glukosa.
4.
Perubahan
Sistem Saraf Pusat (SSP)
Kelainan
SSP pada manula yang dapat membuat diet mereka tidak seimbang meliputi tremor
atau gerakan otot ritmis secara bolak-balik yang tidak disengaja pada satu atau
lebih bagian tubuh, penurunan waktu reaksi, kehilangan ingatan jangka pendek,
kemunduran kognitif, dan depresi.
5.
Perubahan
Sistem Ginjal
Seiring
menurunnya aliran darah dan gagalnya pembentukan jaringan ginjal baru,
kemampuan membersihkan nitrogen dan produk buangan lainnya dari tubuh menjadi
terganggu. Selain itu, hilangnya tonus sfingter, cincin serat otot yang
terletak di sekitar pembukaan dalam
tubuh yang mengatur perjalanan zat, berperan menimbulkan inkontinensia urine atau ketidakmampuan
untuk mengontrol waktu buang air kecil atau buang
air besar pada manula. Laki-laki juga mengalami disfungsi prostat.
6.
Perubahan
Sensorik
Semua
organ indra mengalami penurunan fungsi seiring bertambahnya usia seperti :
-
Mulai terjadinya
penurunan pendengaran sekitar usia 30 tahun
-
Hilangnya ketajaman penglihatan, dimulai
sekitar usia 40 tahun
-
Penurunan sensasi penciuman atau fungsi
olfaktorius
-
Perubahan rasa kecap akibat hilangnya
fungsi olfaktorius dan hilangnya kuncup perasa dan air liur. Rasa manis dan
asin pertama kali hilang. Diikuti rasa pahit dan asam.
-
Sensasi haus kurang peka sehingga manula
berisiko mengalami dehidrasi yang bermanifestasi pada manula sebagai bingung
atau letargi.
7. Perubahan pada sistem pernafasan
Diameter
antroposterior paru membesar sehingga menimbulkan “barrel chest” pengapuran
tulang rawan menyebabkan kelenturan tulang iga berkurang. Di samping itu,
osteoporosis yang progresif dan kifosis menyebabkan gangguan kelenturan
(fleksibilitas) paru yang selanjutnya menurunkan kapasitas vital. Saksus paru
membesar, sementara dindingnya menipis, untuk kemudian bersatu sama lain
membentuk sakus baru yang lebih besar. Semua perubahan ini berujung pada
penurunan fungsi paru, dan tampak sebagai emfisema pada kiise foto rontgen.
8. Perubahan
pada sistem kardiovaskular
Perubahan
yang terkait dengan ketuaan sulit di bedakan dengan perubahan yang diakibatkan
oleh penyakit. Pembesaran bilik kiri jantung disertai oleh fibrosis dan
sclerosis di endokardium. Katub mitral mengeras (fibrosis dan kalsifikasi).
Jumlah jaringan ikat meningkat sehingga efisiensi fungsi pemompaan jantung
berkurang. Pembuluh darah besar, terutama aorta, menebal dan menjadi fibrosis. Pengerasan
ini, selain mengurangi aliran darah dan meningkatkan kerja bilik kiri jantung,
sehingga mengakibatkan ketidak efensienan baroreseptor (tertanam pada dinding
aorta, arteri pulmonalis, sinus karotikus, dan buluh darah di daerah dada),
mengurangi kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah.
Status
kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian
kebutuhan akan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat, dan ada pula
yang mengidap penyakit kronis. Di samping itu, sebagian lansia masih mampu
mengurus diri sendiri, sementara sebagian lain sangat bergantung pada “belas
kasihan” orang lain. Kebutuhan zat gizi mereka yang tergolong aktif biasanya
tidak berbeda dengan orang dewasa sehat. Penuaan tidak begitu berpengaruh
terhadap kesehatan mereka.
Selain
perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, kebutuhan zat gizi golongan lansia
juga dapat dipengaruhi oleh beberapa penyakit yang seringkali diderita,
misalnya:
a) Tekanan
darah tinggi, jantung koroner, kencing manis
b) Pengeroposan
tulang kadang menjadi rapuh dan mudah patah
c) Rematik
d) Gangguan
gizi lebih atau gizi kurang termasuk anemi gizi
e) Infeksi
paru-paru menahun brocho-pneumonia
Jika
satu atau lebih dari gangguan di atas di temukan maka golongan usia lanjut
perlu mendapatkan makanan”gizi seimbang” yang berbeda dengan mereka yang
tergolong sehat.
Walaupun
golongan lansia tidak lagi memiliki kondisi fisik sekuat seperti golongan usia
muda yang berumur antara 20-40 tahun, namun mereka memerlukan juga makanan
bergizi seimbang agar tetap sehat, produktif dan ceria didalam menghadapi masa
usia senjanya. Kebutuhan energi pada usia lanjut menurun dengan bertambahnya
usia, tetapi usia lanjut memerlukan karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan serat dalam jumlah yang seimbang.
Secara
prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda. Hal ini tergantung pada
kondisi kesehatan, berat badan aktual, dan tinggi rendahnya tingkat aktivitas
fisik seseorang. Di samping itu, angka kecukupan gizi untuk pria dan wanita
sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh.
Kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung sangat
cepat.
1. Kalori
Kebutuhan
kalori menurun seiring menuanya tubuh manusia dan menurunnya massa otot yang
tidak berlemak. Kebutuhan kalori pada manula tepatnya bergantung pada derajat
mobilitas, penyakit, kesehatan secara keseluruhan, dan derajat olahraga.
2. Protein
Penurunan
fungsi saluran cerna dan penggunaan obat dapat menyebabkan penurunan penyerapan
asam amino dan mikronutrient sehingga kebutuhan asupan meningkat. Anjuran
pemenuhan kebutuhan protein adalah 0,7-1,1 g/kg/hari untuk mempertahankan
keseimbangan nitrogen.
Komposisi
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Energi
(Kal)
Protein(gram)
Vitamin A (RE)
Thiamin (mg)
Riboflavin
(mg)
Niasin (mg)
Vitamin B12 (mg)
Asam folat (mikrogram)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Seng (mg)
Iodium (mikrogram)
|
1960
50
600
0.8
1.0
8.6
1.0
170
40
500
500
13
15
150
|
1700
44
500
0.7
0.9
7.5
1.0
150
30
500
450
16
15
150
|
Sumber
: Ahli Gizi Ejawantah’s
Blog
3. Lemak
Konsumsi
lemak yang dianjurkan adalah 30 persen atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari
konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atheroclerosis
(penyumbatan pembuluh darah ke arah jantung). Selain itu, dianjurkan agar 20%
dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA =poly unsaturated faty acid). Minyak
nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik sedangkan lemak hewan
banyaj mengandung asam lemak jenuh.
4.
Karbohidrat
dan Serat Makanan
Salah
satu masalah yang banyak didierita golongan lansia adalah sembelit atatu
konstipasi (susah buang air besar) dan terbentuk benjolan-benjolan pada usus.
Serat makanan telah terbukti dapat menyebabkan kesulitan tersebut. Sumber serat
yang baik bagi golongan lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan
biji-bijian utuh.
Golongan
lansia tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen serat yang biasa dijual
secara komersil karena dikhawatirkan akan mengalami konsumsi serat terlalu
berlebihan. Konsumsi serat yang berlebih dapat menyebabkan mineral dan zat gizi
lain terserap oleh serat sehingga tidap dapat diserap oleh tubuh.
Golongan
lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana, seperti gula
pasir atau sirup, dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks. Karbohidrat
kompleks misalnya karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan
utuh. Selain berfungsi sebagai sumber energi, karbohidrat tersbut juga
berfungsi sebagai sumber serat.
Sebagian
besar lansia dapat mengalami diare jika mengkonsumsi susu. Hal ini disebabkan
dalam ususnya tidak terkandung enzim pencerna (Laktosa) sehingga laktosa dicerna oleh mikroba usus besar dan
menimbulkan diare. Oleh karena itu, dianjurkan bagi lansia untuk mengkonsumsi produk-produk
susu yang sudah difermentasi seperti yoghurt dan keju. Produk-prouk susu yang
sudah difermentasi tersebut tidak menimbulkan diare karena sebagian besar
laktosanya telah digunakan mikroba dalam proses fermentasi.
Disamping
sebagai sumber karbohidrat, susu juga sangat penting sebagai sumber protein,
vitamin dan mineral.
5.
Vitamin dan
Mineral
Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa umumnya para manula kurang mengkonsumsi vitamin
A, B1, B2, B6, niasan, asam folat, vitamin C, D dan E. Umumnya kekurangan ini
disebabkan oleh dibatasinya konsumsi makanan, khususunya buah-buahan dan
sayuran. Sedangkan masalah kekurangan mineral yang paling banyak diderita
golongan lansia adalah kekurangan mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan
tulang dan kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia.
Kebutuhan
mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi
yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber
vitamin, mineral dan serat.
Vitamin
dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara lain
(Dickinson A, 2002) :
a) Beta-glucan.
Adalah
sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti,
gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat
mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
b) Hormon
DHEA.
Studi
menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun pada
kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita
menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah
diberikan DHEA.
c) Protein:
arginin dan glutamin.
Lebih
efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi
pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka,
pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon.
Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam
merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
d) Lemak
Defisiensi
asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan
intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak
omega 3 dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine.
e) Yoghurt
yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan
aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi usus dan
lambung, dan beberapa reaksi alergi.
f) Mikronutrien
(vitamin dan mineral).
Vitamin
yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah
vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh
adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
g) Zinc.
Menurunkan
gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi fungsi
imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein
sehingga meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung
menurunkan produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau
rangsangan, dan produksi IL-2.
h) Lycopene.
Meningkatkan
konsentrasi sel Natural Killer (NK)
i)
Asam Folat
Meningkatkan
sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok hewan tikus
melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons
mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru
menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi
lansia (Daniels S, 2002).
j)
Vitamin E
Melindungi
sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan oleh
Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah
antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap
akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah
oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F,
1991).
k) Vitamin
C.
Meningkatkan
level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan aktivitas
limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari
serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
l)
Vitamin A.
Berperan
penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran
termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai
antibodi tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta
menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A)
meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel
T, sel B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara
signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu
didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda
tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E)
memiliki infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah daripada kelompok yang
hanya diberikan plasebo.
m) Vitamin
D.
Menghambat
respons limfosit Th-1.
n) Kelompok
Vitamin B.
Terlibat
dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia
defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan
fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan
jumlah sel darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh
menurunnya produksi sel parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12.
Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki respons
limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi protein
dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan
limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam nukleat,
serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular.
6.
Air
Cairan
dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang dalam bentuk keringat dan urin. Cairan
juga membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal. Orang dewasa
dianjurkan minum 2 sampai 2,5 liter per hari (lebih dari 6-8 gelas per hari).
Ketentuan ini berlaku pula pada golongan lansia.
Agar
diperoleh tingkat kesehatan yang optimal, Usia Lanjut dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam. Makin beragam hidangan yang
dikonsumsi, makin baik mutu gizinya. Pada Usia Lanjut kebutuhan zat gizi kurang
diperlukan untuk pertumbuhan fisik, tetapi lebih banyak untuk mengganti
jaringan tubuh yang rusak dan mempertahankan derajat kesehatan. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan cara mengatur makanan bagi lansia adalah :
1. Perlu
diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi
yang kecil.
2. Dengan
memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang
lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan
protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat
cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa
muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan)
3. Menu
yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni
mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna.
4. Karena
lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau
bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi
tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk
pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
5. Makanan
yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti
seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan
(misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental.
Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia
berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak.
Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus
mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai
contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya
lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau
tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus,
dibakar atau ditim.
6. Lansia
harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan
yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung
garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan,
atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin,
ikan pindang. Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal
ini, seperti yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah
menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan
mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai
berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa
masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan
meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan
kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran,
karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan
terasa asin sekali.
7. Lansia
harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak
mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang
konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang
kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan
buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan
mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi
suplemen makanan.
8. Selain
konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air
yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya
karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran
kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas
bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka
fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk
mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
9. Lebih
dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang
kurangi makanan yang digoreng.
Untuk
merencanakan menu makan sehat bagi golongan lansia maka perlu memperhatikan
hal-hal berikut.
- Tidak berlebihan tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan persyaratan kebutuhan golongan lansia.
- Bervariasi jenis makanan dan cara pengolahannya.
- Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda karena tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.
- Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.
- Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.
- Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.
- Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur, ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.
- Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50 gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.
- Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.
- Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari
- Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet
- Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian seperti kacang.
- Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll. Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
- Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi kecil.
- Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang terlalu gurih dan manis.
- Batasi minum kopi atau teh.
- Hindari rokok dan alkohol.
Berikut
ini adalah contoh menu makan sehat bagi lansia dalam sehari
WAKTU
|
MENU
|
PORSI
|
Pagi
|
Roti-telur-susu
|
1
tangkep 1 gelas
|
Selingan
|
Papais
|
2
bungkus
|
Siang
|
Nasi
|
1 piring
|
1
potong
|
||
Pepes
tahu
|
1
bungkus
|
|
Sayur
bayam
|
1
mangkok
|
|
Pisang
|
1
buah
|
|
Selingan
|
Kolak
pisang
|
1
mangkok
|
Mie
baso
|
1
mangkok
|
|
Pepaya
|
1
buah
|
Contoh
lain dari menu lansia dalam satu hari misalnya sebagai berikut.
Waktu Makan
|
Pria (2200 kal)
|
Wanita (1850 kal)
|
Pagi
|
1 ½ gls nasi/ pengganti
1 butir telur (Telur Mata Sapi)
100 gr sayuran (Cah Kangkung)
1 gls susu skim
|
1 gls nasi/ pengganti
1 btr telur
100 gr sayuran
1 gls susu skim
|
Pukul 10.00
|
Snack/buah (Nagasari)
|
Snack/buah
|
Siang
|
1 ½ gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas (Pepes
Ikan)
25 gr tempe/kacang-kacangan (Tempe
bb Tomat)
150 gr sayuran (Sayur Asem)
1 ptg buah (Semangka)
|
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
25 gr tempe/kacang-kacangan
150 gr sayuran
1 ptg buah
|
Pukul 17.00
|
Snack/ buah (Bubur Kacang Hijau)
|
Snack/ buah
|
Malam
|
1 ½ gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas (Basho
Daging)
50 gr tahu (Hot Tahu)
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah (Pisang)
|
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr tahu
150 gr sayuran
1 ptg buah
|
Referensi :
Anita Lusia Dewi. Diet Sehat untuk Manula. http://anitalusiyadewi.blogspot.com/2012/10/diet-sehat-untuk-manula.html
(diakses pada 3 Januari 2013 pukul 07.30)
Anonim. Pengertian Lanjut Usia. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24808/4/Chapter%20II.pdf
(diakses pada 3 Januari 2013 pukul 07.32)
Anonim. Tekno Pangan dan Agro Industri Volume 1
Nomor 6: Menu Sehat Bagi Manula. Bogor : IPB
Artikelnya menarik :)
BalasHapusThanks